Contact Form

 

Belajar Lebih Dalam Tentang HIV/AIDS

Apa itu HIV/AIDS?

HIV berarti virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Ini adalah retrovirus, yang berarti virus yang mengunakan sel tubuhnya sendiri untuk memproduksi kembali dirinya.




Asal dari HIV tidak jelas, penemuan kasus awal adalah dari sampel darah yang dikumpulkan tahun 1959 dari seorang laki–laki dari Kinshasa di Republik Demokrat Congo. Tidak diketahui bagaimana ia terinfeksi.

Saat ini terdapat dua jenis HIV: HIV–1 dan HIV–2.
HIV–1 mendominasi seluruh dunia dan bermutasi dengan sangat mudah. Keturunan yang berbeda–beda dari HIV–1 juga ada, mereka dapat dikategorikan dalam kelompok dan sub–jenis (clades).

Terdapat dua kelompok, yaitu kelompok M dan O. Dalam kelompok M terdapat sekurang–kurangnya 10 sub–jenis yang dibedakan secara turun temurun. Ini adalah sub–jenis A–J. Sub–jenis B kebanyakan ditemukan di America, Japan, Australia, Karibia dan Eropa. Sub–jenis C ditemukan di Afrika Selatan dan India.

HIV–2 teridentifikasi pada tahun 1986 dan semula merata di Afrika Barat. Terdapat banyak kemiripan diantara HIV–1 dan HIV–2, contohnya adalah bahwa keduanya menular dengan cara yang sama, keduanya dihubungkan dengan infeksi–infeksi oportunistik dan AIDS yang serupa. Pada orang yang terinfeksi dengan HIV–2, ketidakmampuan menghasilkan kekebalan tubuh terlihat berkembang lebih lambat dan lebih halus. Dibandingkan dengan orang yang terinfeksi dengan HIV–1, maka mereka yang terinfeksi dengan HIV–2 ditulari lebih awal dalam proses penularannya.


Bagaimana HIV menular?
HIV menular melalui cairan tubuh seperti darah, semen atau air mani, cairan vagina, air susu ibu dan cairan lainnya yang mengandung darah.

Virus tersebut menular melalui:
1.      Melakukan penetrasi seks yang tidak aman dengan seseorang yang telah terinfeksi. Kondom adalahsatu–satunya cara dimana penularan HIV dapat dicegah.

2.      Melalui darah yang terinfeksi yang diterima selama transfusi darah dimana darah tersebut belum dideteksi virusnya atau pengunaan jarum suntik yang tidak steril.

3.      Dengan mengunakan bersama jarum untuk menyuntik obat bius dengan seseorang yang telah terinfeksi.

4.      Wanita hamil dapat juga menularkan virus ke bayi mereka selama masa kehamilan atau persalinan dan juga melalui menyusui.

Bagaimana HIV Menginfeksi Tubuh?
Untuk mengerti bagaimana virus tersebut bekerja, seseorang perlu mengerti bagaimana sistem kekebalan tubuh bekerja. Sistem kekebalan mempertahankan tubuh terhadap infeksi. Sistem ini terdiri dari banyak jenis sel. Dari sel–sel tersebut sel T–helper sangat krusial karena ia mengkoordinasi semua sistem kekebalan sel lainnya. Sel T–helper memiliki protein pada permukaannya yang disebut CD4.

HIV masuk kedalam darah dan mendekati sel T–helper dengan melekatkan dirinya pada protein CD4. Sekali ia berada di dalam, materi viral (jumlah virus dalam tubuh penderita) turunan yang disebut RNA (ribonucleic acid) berubah menjadi viral DNA (deoxyribonucleic acid) dengan suatu enzim yang disebut reverse transcriptase. Viral DNA tersebut menjadi bagian dari DNA manusia, yang mana, benda tersebut mulai menghasilkan virus–virus HIV baru.

Enzim lainnya, protease, mengatur viral kimia untuk membentuk virus–virus yang baru. Virus–virus baru tersebut keluar dari sel tubuh dan bergerak bebas dalam aliran darah, dan berhasil menulari lebih banyak sel. Ini adalah sebuah proses yang sedikit demi sedikit dimana akhirnya merusak sistem kekebalan tubuh dan meninggalkan tubuh menjadi mudah diserang oleh infeksi dan penyakit–penyakit yang lain. Dibutuhkan waktu untuk menularkan virus tersebut dari orang ke orang.

Respons tubuh secara alamiah terhadap suatu infeksi adalah untuk melawan sel–sel yang terinfeksi dan mengantikan sel–sel yang telah hilang. Respons tersebut cenderung mendorong virus untuk menghasilkan kembali dirinya.

Jumlah normal dari sel–sel CD4+T pada seseorang yang sehat adalah 800–1200 sel/ml kubik darah. Ketika seorang pengidap HIV yang sel–sel CD4+ T–nya terhitung dibawah 200, dia menjadi semakin mudah diserang oleh infeksi–infeksi oportunistik.

Infeksi–infeksi oportunistik adalah infeksi–infeksi yang timbul ketika sistem kekebalan tertekan. Pada seseorang dengan sistem kekebalan yang sehat infeksi–infeksi tersebut tidak biasanya mengancam hidup mereka tetapi bagi seorang pengidap HIV hal tersebut dapat menjadi fatal.

Tanpa perawatan, viral load, yang menunjuk pada jumlah relatif dari virus bebas bergerak didalam plasma darah, akan meningkat mencapai titik dimana tubuh tidak akan mampu melawannya.

Perkembangan dari HIV dapat dibagi dalam 4 fase:
1.      Infeksi utama (Seroconversion), ketika kebanyakan pengidap HIV tidak menyadari dengan segera bahwa mereka telah terinfeksi.
2.      Fase asymptomatic, dimana tidak ada gejala yang nampak, tetapi virus tersebut tetap aktif.
3.      Fase symptomatic, dimana seseorang mulai merasa kurang sehat dan mengalami infeksi–infeksioportunistik yang bukan HIV tertentu melainkan disebabkan oleh bakteri dan virus–virus yang berada di sekitar kita dalam segala keseharian kita.
4.      AIDS, yang berarti kumpulan penyakit yang disebabkan oleh virus HIV adalah fase akhir dan biasanya bercirikan suatu jumlah CD4 yang kurang dari 200.
Apa itu AIDS?
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah fase terakhir dari infeksi HIV dan biasanya dicirikan oleh jumlah CD4 kurang dari 200.

AIDS bukanlah penyakit yang khusus melainkan kumpulan dari sejumlah penyakit yang mempengaruhi tubuh dimana sistem kekebalan yang melemah tidak dapat merespons.

Apa Tanda dan Gejala HIV/AIDS?
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah penderita HIVAIDS.
Tanda dan gejala yang dimiliki ODHA bervariasi mulai dari awal sampai akhir perjalanan infeksi HIV.

Banyak orang dengan HIV tidak memiliki gejala selama beberapa tahun . Orang lain mungkin mengalami gejala yang mirip dengan flu , biasanya dua sampai enam minggu setelah terpajan virus. Gejala-gejala  tersebut dapat bertahan hingga empat minggu.

Gejala infeksi HIV stadium awal termasuk :
1.      demam
2.      mengigil
3.      nyeri sendi dan otot
4.      sakit tenggorokan
5.      berkeringat terutama pada malam hari
6.      mudah merasa lelah
7.      penurunan berat badan

Selanjutnya, setelah gejala awal hilang, penderita tidak akan mengalami gejala tertentu, merasa baik dan sehat. Proses in memakan waktu hingga 10 tahun.

Tanda dan gejala infeksi HIV stadium akhir dapat mencakup :
1.      penglihatan kabur
2.      diare yang kronis
3.      batuk kering
4.      demam tinggi berminggu-minggu
5.      berkeringat di malam hari
6.      kelelahan secara total
7.      sesak napas
8.      penurunan berat badan yang mencolok
9.      adanya bintik-bintik putih di lidah atau mulut

Selama infeksi HIV stadium akhir, risiko mengembangkan penyakit yang mengancam jiwa jauh lebih besar. Contohnya:
1.      Esofagitis
2.      Infeksi sistem saraf pusat
3.      Pneumonia
4.      Beberapa jenis keganasan
5.      Toksoplasmosis
6.      TBC

Monitoring Perkembangan dari HIV ke AIDS
Terdapat dua cara pengujian yang tersedia dalam memonitor perkembangan HIV/AIDS:

1.      Pengujian CD4
adalah mengukur jumlah dari CD4 atau sel T–helper didalam darah. Kekuatan dari sistem kekebalan tubuh adalah merupakan suatu prediksi yang baik tentang bagaimana tubuh akan memerangi infeksi.
2.      Pengujian viral load adalah mengukur jumlah dari HIV didalam darah dalam setiap ml darah. Semakin tinggi viral load maka semakin cepat pula perkembangannya ke AIDS.

Pengobatan HIV/AIDS
Obat–obatan Antiretroviral (ARV) yang tersedia saat ini bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup untuk memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Biasanya, permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orang yang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Highly Active Antiretroviral Therapy (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan:
1.      Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan proteinreverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC).
2.      Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat reproduksi dari HIVdengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
3.      Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan.



Seorang wanita yang mengidap HIV(+) dapat menularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi kira–kira 25%–35%. Dua pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke anak. Obat–obatan tersebut adalah:
1.      Zidovudine (AZT)
Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan angka penularan mendekati 67%.
2.      Nevirapine
Obat ini diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%.

David Samalo
SCOME CIMSA-BEM KM FK Unand

Total comment

Author

Unknown

0   komentar

Cancel Reply