Aku sebenarnya orang yang tidak terlalu peduli dengan organisasi, di
SMP dan SMA setidaknya itu yang aku pikirkan. Beranjak SMA dan memasuki bangku
kuliah, ketika BAKTI kakak pendampingku bilang kalau “24 jam untuk mahasiswa
PBL pasti akan banyak lebihnya, daripada kalian tidur-tiduran di kos, mending
ikut organisasi. Selain itu di FK kalian tidak akan bisa bertahan kalau tidak
punya relasi ke senior. Dimana kalian bisa dapat relasi? Di organisasi salah
satunya.”
Akhirnya aku mencoba masuk ke CIMSA yang pada saat promo UKM memang
memperlihatkan kehebohan, sedikit lebay, tapi ramah. Sebenarnya sebelum masuk
CIMSA, aku mencoba masuk ke UKM lain, namun karena suatu dan lain hal, aku
memutuskan mundur dari UKM tersebut. Niat untuk masuk organisasi buat aku
simpel, hanya untuk mengenal lebih banyak senior dan menambah relasi.
Petualangan dimulai, setelah mengikuti serangkaian proses OPREC dan
wawancara, aku diterima di SCOME yang juga merupakan pilihan-1 bagiku saat
OPREC. Disinilah aku mulai mengenal apa yang namanya organisasi dan juga
kepanitiaan, kepanitiaan pertamaku di CIMSA tentu saja panitia projek magang
SCOME 2010, Mind Mapping.
General Assembly 2011, dengan itu resmi sudah tampuk kepemimpinan
bertukar dari kak Messia Refri Rahmi ke kak Mareza Dwithania. Saat kepengurusan
kak Reza, aku sempat ditawari oleh kak Reza masuk ke Supporting Division. Saati
itu sebenarnya aku ingin menolak, karena tujuan aku hanya ingin menambah
relasi, bukan untuk terjun lebih jauh dalam organisasi. Dan untuk menambah
relasi, aku merasa sudah bisa mendapatkannya di SCOME. Tapi karena saran salah
seorang teman akhirnya aku mencoba ikut Supporting Division, dan hal yang masih
aku ingat adalah aku mengikuti sesi wawancara OPREC Supdiv di detik-detik
terakhir OPREC.
Perjalanan berlanjut, aku tergabung dalam Supdiv Public Relation. Yang
aku lakukan di Supdiv Public Relation menurutku tidak ada yang luar biasa,
hanya membuat pamflet acara CIMSA dan melakukan dokumentasi saat hari H. Berada
dalam SCOME dan PR memang membuat capek, tapi aku orang yang bertipe “I just
follow my captain’s order”, dan tidak begitu bisa mengkritisi atau menolak
suatu tugas yang diberikan. Tapi dengan berada di dua tempat itu aku “diajak”
untuk mengenal CIMSA lebih jauh.
Setahun berlalu dan sampailah saat-saat dimana kepengurusan 2011/2012
akan berakhir dan akan digantikan oleh anggota CIMSA 2010 untuk kepengurusan
mendatang. Dan saat itu kak Reza sempat bertanya apakah aku berminat untuk
menjadi salah seorang kandidat Executive Board. Saat itu lagi-lagi aku ingin
menolak, aku merasa sudah bergerak terlalu jauh dari tujuan awalku memasuki
organisasi. Butuh waktu untuk berpikir setidaknya berhari-hari sampai akhirnya
aku memutuskan mencoba mencalonkan diri menjadi kandidat President 2012/2013.
“Entah apa yang membawaku sampai sejauh ini, rasa
memiliki yang perlahan tumbuh mungkin.”
Dan akhirnya hal yang sempat-aku-hindari itu terjadi, saat General
Assembly 2012, mosi dari EB mengesahkanku beserta teman-teman lainnya dalam
Official CIMSA 2012/2013 dimana aku diamanahkan menjadi President. Padahal
sebenarnya saat itu aku masih belum sepenuhnya siap, atau lebih tepatnya aku
lebih siap untuk tidak dipilih. Wajar saja jika diawal pengumuman itu tidak ada
gurat senyum di wajahku, atau lebih tepatnya menahan diri untuk tidak menangis.
Berlebihan? Mungkin saja. Mudah-mudahan ini bukan blunder terbesar yang aku
buat.
Benar saja, tanggung jawab yang memaksa seseorang untuk belajar dan
berubah, dari orang yang lebih suka menerima tugas, dari orang yang tidak suka
mengkritisi, dari orang yang tidak bisa tegas. Dan semua itu adalah proses. Aku
beruntung saat melalui proses itu aku dipertemukan dengan teman-teman yang
senantiasa mendukung dan mengingatkanku dari segala keputusan dan kebijakan aku
yang sering tidak tepat.
”Semangat dan kepercayaan dari teman-teman semua adalah
motivasi terbesar aku.”
Bergerak menjadi pemimpin bukan suatu hal yang mudah. Benar, aku masih
canggung untuk membawa amanah ini, yang bisa aku lakukan yaitu terus belajar
dan mencoba merangkul teman-teman. Karena akulah orang yang benar-benar
membutuhkan mereka untuk terus bersamaku berjuang sampai akhir.
“Ketika kamu merasa letih di tengah jalan, ingatlah bahwa
bukan hanya kamu yang berkorban disini, bahwa banyak teman-teman seperjuangan
lain yang berkorban dan juga berjuang.”
Banyak hal yang terjadi selama aku mencoba memposisikan diri sebagai
pemimpin yang ideal. Tentu saja tidak hanya pengalaman baik yang terjadi, namun
juga pengalaman buruk. Namun disitulah aku menyadari bahwa aku sudah menemukan
“rumah” dimana susah bagiku untuk pergi meninggalkannya nanti.
”Perjalanan panjang selama setahun kini sampai pada
pemberhentian sementaranya.”
General Assembly 2013, aku beruntung masih bertahan sampai titik ini. Jaman
berganti dan sekarang saatnya untuk menyerahkan “rumah” ini pada “orang tua”
yang baru. Aku yakin dengan semangat yang mereka (teman-teman 2011) perlihatkan
dikepengurusanku, mereka akan bisa merawat, menjaga, dan membuat rumah ini
lebih besar dan nyaman untuk ditempati. Aku hanya berharap mereka selalu dikuatkan
dan saling menguatkan dalam menjalani amanah ini nantinya.
“Setahun yang lalu semuanya
diawali dengan tangis ketidakyakinan kemudian sekarang diakhiri dengan tangis
haru kebahagiaan.”
Disini, kita memulai dari titik yang sama, yaitu dari titik ketidaktahuan. Semuanya tergantung pada kita, sejauh mana kita ingin mengenalnya. Semakin kalian mencoba mengenal lebih jauh, semakin kalian menemukan hal-hal bernilai di dalamnya.
Cerita ini sarat akan pandangan subjektif aku, tapi semoga saja ada pesan yang bisa teman-teman tangkap dari cerita ini. J
Teddy Kurniawan
President 2012-2013
Center for Indonesian Medical Students’ Activities
Andalas University