Berbicara tentang World No Tobacco Day, siapa yang tidak tahu? Tiap tanggal 31 Mei 2013, semua orang memperingati hari yang menurut saya sedikit meaningless ini. Mengapa? Coba liat sendiri esensi dan impact yang sejauh ini sudah kita rasakan dengan adanya World No Tobacco Day. Saya sendiri masih belum merasakan adanya perubahan yang berarti, jangankan di kalangan masyarakat, mahasiswa -bahkan mahasiswa kedokteran- masih belum mengetahui apa akibat yang bisa terjadi.
Saya ingat sekali tahun lalu, tepat di hari Minggu, saya dan teman-teman kampus yang tergabung dalam Gerakan Aksi World No Tobacco Day-nya FK Unand melakukan longmarth di GOR H. Agus Salim. Sepanjang perjalanan kita membawa spanduk dan membagikan leaflet ke banyak masyarakat yang sedang berjalan di sekitaran sana. Tapi responnya ada yang positif, ada yang tersenyum meledek, ada yang tidak senang, dan malah mecoba menantang mahasiswa. Saat itu saya sontak terdiam saat salah satu bapak yang berada disana mengeluarkan pernyataan, “Yang ngerokok saya, yang beli juga saya, apa haknya kamu buat melarang saya? Wong yang sakit saya?”. Begitulah mirisnya keadaan masyarakat kita saat ini. Merokok adalah suatu hal yang lumrah di negeri ini. Dan untuk melakukan perubahan mindset itu tidaklah mudah dan cepat. It takes years maybe.
Selebrasi World No Tobacco Day, menurut saya, bukanlah sebuah cara efektif untuk menyadarkan mindset masyarakat Indonesia. Masih banyak hal yang perlu dibenahi dalam rangka mencapai keinginan untuk menjadikan Indonesia negara bebas rokok. Selain itu, penggunaan kata ‘No Tobacco’ juga kurang pantas untuk digunakan dalam hal ini. Saya lebih setuju jika masyarakat sadar akan bahaya merokok dan menjauhinya, dibandingkan harus meng-forbid tembakau, sekalipun itu adalah bahan baku rokok.
I know it makes sense to say ‘No Tobacco’, but it’d be better for us to prevent something simple rather than preventing something bigger, out of our capacity.
Fajar Defian Putra
LORE 2013-2014